MyBlogs

TARI-TARIAN INDONESIA
TARI-TARIAN INDONESIA
TARI-TARIAN INDONESIA
TARI-TARIAN INDONESIA
TARI-TARIAN INDONESIA
TARI-TARIAN INDONESIA

Jumat, 20 Maret 2015

Tarian-Tarian Sulawesi

TARIAN-TARIAN SULAWESI


Hasil gambar untuk tari modero
TARI MODERO 

Kesenian tradisional Modero, tarian yang dibawakan oleh golongan tua dan muda pada waktu pesta panen (vunja). Tarian ini ditarikan di tengah sawah, biasanya sampai pagi hari. Tujuan dari tarian ini merupakan ungkapan rasa terima kasih atas keberhasilan panen, sekaligus merupakan hiburan bagi para petani setelah bekerja keras.

Selanjutnya untuk Vaino, merupakan pembacaan syair-syair yang dibawakan secara bersahut-sahutan. Biasanya dilakukan pada waktu pesta kedukaan, yaitu di antara malam-malam dari hari ke- 3 sampai hari ke- 40 setelah kematian.

Sedangkan Dadendate, dapat dikategorikan sebagai seni suara, berupa nyanyian yang dilagukan semalam suntuk oleh seorang pria dan seorang wanita secara bergantian dengan iringan alat musik gambus. Syair yang dinyanyikan berisikan sindiran yang sifatnya membangun. Kesenian ini pada umunmya digemari oleh semua lapisan umur dalam masyarakat.

Untuk kesenian tradisional Kakula, yaitu sejenis kesenian yang menggunakan seperangkat alat musik, terdiri dari 15 buah kakula, 2 buah tambur, dan sebuah gong.
Untuk jenis tarian yang disuguhkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat, yang diakhiri dengan menaburkan bunga kepada para tamu sering dinamai tarian . Lumense dan Peule Cinde
Mamosa, merupakan tarian perang yang dibawakan oleh seorang penari pria dengan membawa parang dan perisai kayu, yang ditarikan dengan gerakan melompat-lompat seperti menangkis serangan. Tarian ini diiringi alat musik gendang dan gong.

Sedanngkan Morego, sejenis tarian untuk menyambut kepulangan para pahlawan dari medan pertempuran dengan membawa kemenangan. Sebelum tarian ini ditarikan, harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu seperti meminta restu kepada pemangku adat, kemudian mencari wanita pasangan menari yang belum menikah.

Selanjutnya, Pajoge, merupakan tarian yang berasal dari lingkungan istana, dan biasanya ditarikan pada waktu ada pesta pelantikan raja. Tarian ini merupakan hasil pengaruh unsur kesenian dari kebudayaan yang berkembang di Sulawesi Selatan. Para penarinya terdiri dari tujuh penari wanita dan seorang penari pria.

Balia, merupakan sejenis tarian yang berkaitan dengan kepercayaan animisme, yaitu pemujaan terhadap benda-benda keramat, khususnya yang berhubungan dengan pengobatan tradisional terhadap seseorang yang terkena pengaruh roh jahat.

Kalau dilihat dari kesenian tari, wilayah Sulawesi tengah akan kaya dengan seni budayanya. Hanya saja, cara untuk melestarikan serta mempertahankan serta mempromosikannya perlu mendapat perhatian secara maksimal dari pemerintah daerah.



Tari Pomonte adalah salah satu tari daerah yang telah merakyat di Provinsi Sulawesi Tengah, yang merupakan simbol dan refleksi gerak dari salah satu kebiasaan gadis-gadis suku Kaili pada zaman dahulu dalam menuai padi, yang mana mayoritas penduduk suku Kaili adalah hidup bertani. Tari Pomonte telah dikenal sejak tahun 1957 yang di ciptakan oleh seorang seniman besar, putra asli Sulawesi tengah yaitu (alm) Hasan. M. Bahasyuan, beliau terinspirasi dari masyarakat Sulawesi Tengah yang agraris. Tari Pomonte melambangkan sifat gotong-royong dan memiliki daya komunikasi yang tinggi, hidup dan berkembang ditengah masyarakat yang telah menyatu dengan budaya masyarakat itu sendiri. Kata POMONTE berasal dari bahasa Kaili Tara ; - PO artinya = Pelaksana - MONTE artinya = Tuai (menuai) - POMONTE artinya = Penuai Tari Pomonte menggambarkan suatu kebiasaan para gadis-gadis suku Kaili di Sulawesi Tengah yang sedang menuai padi pada waktu panen tiba dengan penuh suka cita, yang dimulai dari menuai padi sampai dengan upacara kesyukuran terhadap sang Pencipta atas keberhasilan panen. Dan sebelum menuai setiap pekerjaan didahului oleh seorang Penghulu yang dalam bahasa Kaili disebut TADULAKO. TADULAKO pada tarian ini berperan sebagai pengantar rekan-rekannya mulai dari menuai, membawa padi kerumah, membawa padi ke lesung, menumbuk padi, menapis serta membawa beras ke rumah yang kemudian disusul dengan upacara selamatan yakni No’rano, Vunja, Meaju dan No’raego mpae yang merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan pada upacara panen suku Kaili di provinsi Sulawesi Tengah. Tari Pomonte memiliki daya pikat yang kuat karena dalam penampilannya mampu menimbulkan suasana gembira terhadap penonton, baik dalam gerak maupun lagu yang dinyanyikan dalam berhasa daerah yaitu bahasa Kaili, sehingga tari Pomonte dapat dimengerti langsung oleh yang menyaksikannya khususnya masyarakat di lembah Palu.

Hasil gambar untuk tari malulo

Tari Molulo 

Tari Molulo sebenarnya adalah tari tradisional yang berasal dari daerah Tolaki Sulawesi Tenggara (Indonesia). Daerah tolaki adalah bekas Kerajaan Konawe dan Mekongga yakni Kabupaten Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan, Kota Kendari, dan sebagian Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara. 

Di daerah-daerah tersebut menggunakan bahasa Tolaki namun dengan dua dialek yang berbeda yakni Bahasa Tolaki Dialek Wawonii dan Bahasa Tolaki Dialek Mekongga. Walaupun Tari Molulo ini berasal dari daerah/suku tolaki, akan tetapi tarian ini diminati oleh seluruh masyarakat di Sulawesi Tenggara bahkan Sulawesi Tengah. Molulo ini hampir sama dengan modero, hanya saja kalau dalam modero lagu harus dibawakan oleh peserta modero, akan tetapi dalam molulo lagu berasal dari kaset/pita rekaman ataupun gong dan gendang. 

Pada zaman dahulu, molulo selalu dilaksanakan dengan menggunakan gong. Jadi dapat dikatakan ada kelompok penari dan kelompok penabuh gendang dan pemukul gong. Namun sayangnya, di kabupaten muna, tari molulo yang diikuti dengan gendang dan gong sudah tidak ada lagi, sebab sudah berganti dengan menggunakan music dangdut yang berirama disko, remix dan irama house. Selain menggunakan musik yang berasal dari kaset/pita rekaman, saat ini juga molulo yang paling banyak digemari adalah musik yang berasal dari grup band atau organ. Kadang-kadang kalau menggunakan kaset/pita rekaman tidak banyak yang menyukainya, akan tetapi jika menggunakan organ atau music band, banyak sekali yang menggemarinya. Ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Muna tetapi merata di Sulawesi Tenggara. 
Hasil gambar untuk tari honari mosega

Tari Honari Mosega 

Indonesia tak hanya dianugerahi dengan kekayaan alam yang indah, negeri ini juga di anugerahi dengan beragam kebudayaan yang unik dan menarik. Salah satu kebudayaan yang bisa Anda nikmati hingga sekarang adalah seni tari Honari Mosega.
Kesenian ini adalah tarian perang asli asal Liya, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kesenian Tari Tradisonal ini merupakan kebanggaan masyarakat Liya yang mengisahkan tarian berani.
Dahulu kala seni tari Honari Mosega di atraksikan sebelum dan sesudah perang. Tarian ini diadakan sebagai pengungkapan dan motivasi dari semangat prajurit Liya ketika akan berperang mengusir musuh dan kegembiraan mereka karena pulang dengan kemenangan keberhasilan menaklukan musuh.
Tari ini dimainkan oleh beberapa laki-laki, terdiri dari 1 penari inti disebut tompidhe dengan memegang tombak atau parang, dan dilengkapi dengan 1 atau 4 orang sebagai hulubalang yang disebut manu-manu moane dengan memegang tombak dan janur kuning sebagai penghalau bisa atau sihir. Kadang terdapat pula hulubalang wanita yang disebut manu-manu wowine serta 1 orang pemukul gendang atau tamburu.
Penari Tompidhe dan Manu-manu Moane dilengkapi dengan untaian gemerincing dan dalam gerakannya akan selalu menimbulkan bunyi. Terdapat gerakan meloncat dan maju lalu mundur secara beraturan sebagai gerakan silat Liya yang disebut Makanjara, yang dilakukan karena kegembiraan atas kemenangan mereka dalam berperang.
Tari Honari Mosega selama masa kesultanan buton sering ditampilkan pada acara-acara penyambutan tamu agung, maupun perangkatnya serta acara-acara adat yang berlaku hanya dalam lingkup keturunan para bangsawan Liya

tari Pajoge 
Hasil gambar untuk GAMBAR TARI PAJOGE

Asal mulanya Pajoge, timbul semasa kerajaan Bone dahulu. Ada yang mengatakan sejak abad ke VII, tetapi hal itu belum jelas, karena belum ada diketemukan tulisan-tulisan yang dapat memberikan keterangan pasti tentang hal itu, tetapi yang jelas bahwa raja Bone ke 31 Lapawawoi Karaeng Sigeri sangat gemar akan tari Pajoge dan semua anaknya memelihara tari Pajoge.

Jadi dengan demikian bahwa Pajoge lahir di istana raja untuk menghibur raja dan keluarganya, juga untuk menghibur rakyat pada pesta-pesta. Penari-penari pada umumnya diambil dari rakyat biasa saja. Perbedaan dengan tari Pakarena dengan tari Pajoge yang biasa hidup diistana raja yang penari-penarinya dipilih dari keturunan bangsawan atau anak anggota adat. Tetapi Pajoge adalah merupakan tarian rakyat yang dipertontonkan pada pesta raja dan umum. Tarian Sulawesi Selatan

Demikian Pajoge berfungsi sebagai tarian hiburan, juga merupakan alat penghubung antara raja dan rakyat, untuk mendekatkan hubungan agar supaya rakyat tetap cinta kepada rajanya dan sebaliknya.

Pajoge yang lahir di istana raja itu penari-penarinya dipilih yang cantik-cantik saja serta mempunyai kelebihan-kelebihan agar supaya dapat menarik perhatian para penonton, baik raja-raja maupun rakyat dengan maksud disamping ia berfungsi sebagai hiburan juga dapat menarik keuntungan atau hasil yang berupa materi, karena para penonton diberi kesempatan untuk Mappasompe pada salah seorang Pajoge yang diingininya. Dan telah menjadi ketentuan bahwa setiap laki-laki yang mau Mappasompe harus menyediakan uang atau benda lain.
Macam-macam Tari Pajoge
Pajoge biasa (penari-penarinya dari wanita)
Pajoge Angkong (penari-penarinya orang-orang banci) tarian sulawesi selatan

 



dipos oleh                : Emi Widyanti
nomor absen kelas : 07
kelas                          : 9B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar